Liburan Musim Dingin di Sapporo: Mount Moiwa

Saat berlibur ke Sapporo, atraksi wisata alam ini tidak boleh terlewatkan: Mount Moiwa! Gunung ini bisa dibilang berlokasi di pusat kota Sapporo dan memiliki ketinggian sekitar 531 meter – sangat pas bagi yang ingin trekking, hiking, atau sekedar menikmati lansekap kota Sapporo. Mount Moiwa juga memperoleh predikat sebagai salah satu spot pemandangan malam terbaik di Hokkaido, bersanding dengan Gunung Hakodate dan Gunung Tengu di Otaru.

Pengunjung biasanya datang ke Mount Moiwa baik saat musim panas, ataupun musim dingin. Kali ini, saya berkesempatan untuk bertandang ke Mount Moiwa di musim dingin, dan tepatnya saat malam hari! Kebayang gak sih, betapa dingin suhu udaranya, apalagi jika berangin! Tetapi, ketika sampai di puncak Moiwa, semuanya terbayar dengan kelap-kelip pemandangan kota Sapporo yang menakjubkan.

Bagaimana cara pergi ke Mount Moiwa?

Sambil membaca artikel dari matcha-jp.com, saya berusaha mengingat kembali perjalanan saya ke Mount Moiwa. Dari akomodasi tempat menginap, saya berjalan ke Taman Odori untuk naik kereta trem menuju Stasiun (atau mungkin halte?) Ropeway Iriguchi. Mengapa ropeway? Ya – karena saya harus menggunakan ropeway dan cable car agar bisa mengakses puncak gunung Moiwa.

Turun dari trem, saya menunggu shuttle bus gratis yang akan membawa saya ke Stasiun Sanroku – akses utama ke gardu pandang Mount Moiwa. Bus ini tersedia setiap 15 menit sekali, dan hanya membutuhkan sekitar 5 menit perjalanan. Opsi lainnya adalah berjalan kaki sekitar 10 menit, tapi saya sih gak mau jika harus berjalan kaki malam-malam, di tengah beku-nya suhu udara di Sapporo.

Ketika tiba di Sanroku, saya membeli tiket pulang-pergi untuk ropeway dan cable car. Harga tiketnya adalah 1.700 Yen untuk dewasa, dan 850 Yen untuk anak-anak. Ropeway dan cable car ini berangkat setiap 15 menit sekali. Saat berada di ropeway, pemandangannya…luar biasa! Meski malam hari, kota Sapporo menyuguhi saya dengan hamparan kota yang indah dan berwarna-warni.

Di gardu pandang Mount Moiwa, lansekap kota Sapporo membentang begitu indah, ditambah dengan cahaya lampu yang sangat cantik. Selain itu, ada sebuah spot yang kerap menarik perhatian turis, yakni sebuah lonceng dan padlocks. Konon katanya, jika pasangan membunyikan lonceng ini bersama-sama, maka mereka akan bahagia selamanya. Menarik, ya. Waktu itu saya ingin sih, melihat lonceng ini lebih dekat (mungkin ingin juga membunyikannya bersama – uhuk – pasangan), tetapi ada beberapa keluarga dan anak kecil yang bermain di situ dan situasinya cukup ramai, hahaha. Niat itu pun saya batalkan.

Nah, jika Anda ingin pergi ke Mount Moiwa saat musim dingin, hal ini PENTING untuk diingat: cek kondisi cuaca dan operasional ropeway/cable car. Saat cuaca buruk, keduanya akan berhenti beroperasi. Jangan sampai Anda kecewa ya, karena tidak bisa naik ke gardu pandang. Perhatikan juga pakaian yang Anda kenakan. Angin berhembus kencang saat musim dingin – tangan dan kaki rasanya seperti beku dan sulit digerakkan. Pakailah jaket yang tebal, dan sarung tangan jika perlu.

Oh ya, selain gardu pandang, Mount Moiwa juga memiliki fasilitas serupa planetarium – tanpa biaya masuk, tetapi ada jadwalnya ya. Di dalam studio mini tersebut, Anda dapat menikmati suasana dari efek visual yang menampilkan galaksi dan bintang. Romantis banget! Dalam perjalanan keluar gardu pandang, Anda juga akan menemukan toko suvenir yang menyajikan beragam camilan dan merchandise khusus Mount Moiwa.

Kunjungi juga situs resmi Mount Moiwa untuk informasi terbaru sebelum merencanakan agenda liburan ya!

ps: bonus foto di atas bukan dari Mount Moiwa – hanya pemandangan sungai yang bersalju dekat hotel, hehehe.

#SapporoSeries

Liburan Musim Dingin di Sapporo: Kanal Otaru

Dari pusat kota Sapporo, mari melipir sejenak ke kota kecil yang berdekatan dengan laut: Otaru. Kota ini dulunya merupakan kota pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan hasil bumi dan rempah. Salah satu tourist spot yang sangat terkenal adalah Kanal Otaru. Kanal ini selesai dibangun pada tahun 1923 dengan panjang mencapai 1.140 meter. Di sisi kiri dan kanan kanal ini terdapat deretan bangunan seperti gudang penyimpanan. Kini, bangunan tersebut telah dipugar dan dialihfungsikan menjadi restoran dan area pertokoan. Kanal ini menjadi sangat istimewa saat musim dingin berkat festival Snow Light Path.

Bagaimana cara pergi ke Otaru?

Dari stasiun Sapporo, gunakan jalur kereta JR Hakodate Line. Bagi kamu yang memiliki JR Pass, cukup tunjukkan pass-mu dan kamu bisa menaiki kereta tanpa biaya tambahan lagi. Perjalanan kereta dari Sapporo ke Otaru memakan waktu sekitar 45 menit.

Bagi saya, perjalanan menuju Otaru ini sangat berkesan. Selama perjalanan, saya disuguhi pemandangan laut yang cantik – meski agak was-was karena kala itu ombak cukup tinggi dan besar. Ditambah lagi dengan hujan salju yang turun sejak pagi hari – dan prakiraan cuaca yang menyebutkan bahwa ada potensi badai salju. Hal seperti ini harus menjadi perhatian kita sebagai turis, loh, karena apabila kita abai, bisa-bisa terjebak badai. Kereta pun akan berhenti beroperasi – jangan sampai kita tak bisa kembali, ya.

Setibanya di stasiun Otaru, saya berjalan kaki sekitar 5-10 menit untuk mencapai Kanal Otaru. Meski dekat, tetapi karena hujan salju yang belum mereda, saya harus berjalan pelan agar tidak terpeleset salju – selain karena udara yang super dingin juga, sih. Sempat mampir ke KFC untuk makan siang, hahaha (dan menghangatkan diri).

Suasana di Kanal Otaru saat musim dingin

Setibanya di sini, saya melihat banyak turis yang bergantian mengambil foto di ujung kanal ini (mohon maaf, foto turis lainnya tidak masuk di frame ini, haha). Sepertinya ada yang dari Indonesia juga seperti saya, hehe. Saat musim dingin, tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan di area ini – hanya berfoto, makan, atau berbelanja di toko-toko sepanjang kanal. Mungkin saat musim semi atau musim panas, Kanal Otaru membuka jasa cruise bagi turis yang ingin menaiki perahu untuk menyusuri kanal.

Tidak mudah mengambil foto saat bersalju seperti ini. Selain dingin, salju sebenarnya basah – sama saja seperti hujan. Terkadang kita juga harus melepaskan sarung tangan agar bisa menekan tombol kamera pada ponsel atau tombol shutter. Nah, tips dari saya adalah gunakan sarung tangan dengan desain khusus yang membuat kamu tetap bisa menekan layar ponsel tanpa harus melepaskannya.

Kanal Otaru berselimutkan salju tebal
Bahkan butiran salju pun terlihat jelas!

Karena khawatir akan ada badai salju, daripada nantinya gak bisa kembali ke Sapporo, saya tidak melanjutkan eksplorasi lebih jauh di area Otaru ini. Jika kamu ingin berkunjung ke Otaru, kamu juga wajib melihat museum Otaru Music Box, dan mencicipi aneka seafood segar.

Oh ya, tips singkat saat berlibur di musim dingin: gunakan sepatu atau alas kaki yang khusus untuk medan bersalju. Pakai juga kaus kaki tebal ya. Kamu tentunya gak mau ‘kan, kaki atau jari-jari kaki terasa beku atau sulit digerakkan.

Dari Otaru, enaknya kemana lagi ya? jalan-jalan di pusat kota atau justru melihat pemandangan kota di malam hari dari pegunungan? Nantikan cerita selanjutnya di #SapporoSeries!